Warta 16 Agustus 2020

 




Khotbah Gembala


TANDA-TANDA
KEDATANGAN TUHAN YESUS
TELAH SEMAKIN NYATA


Shalom jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Pada tanggal 17 Agustus 2020, kita merayakan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. 
Seperti Tuhan memberikan kepada kita kemerdekaan; yaitu merdeka dari penjajahan hukum dosa dan hukum maut, demikian juga Tuhan sudah memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan. Dirgahayu Republik Indonesia!
Dalam masa pandemi Covid-19 ini, kita harus melakukan seperti yang tertulis dalam Yeremia 29:7, yaitu mengusahakan kesejahteraan negara di mana kita tinggal, dan berdoa untuk negara kita kepada Tuhan. Sebab kesejahteraan negara Indonesia yang tercinta ini adalah kesejahteraan kita semua……. Yang mau melakukan ini katakan: “Amin!”

PENGURAPAN UNTUK MENJADI BAIT ALLAH
Rasul Paulus berkata:

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”
1 Korintus 3:16

Pada saat kita bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus, maka Roh Kudus - Roh Allah - masuk ke dalam hati kita, dan kita menjadi bait Allah. Mari kita katakan bersama-sama:

Saya adalah Bait Allah!

Alkitab mencatat bahwa:

“Roh, yang memberi hidup - yang ada di dalam kita - telah memerdekakan kita dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Roma 8:2

Kita sebagai bait Allah harus hidup dipimpin oleh Roh Kudus, bukan hidup menurut daging. Roma 8:13 berkata,

“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.”

Salah satu peranan dari Roh Kudus dalam kehidupan kita adalah bahwa Roh Kudus akan mengurapi kita. Pengurapan yang berasal dari Roh Kudus ini akan:

  • Mengajar kita dalam setiap pemikiran, keputusan dan langkah yang harus diambil. (1 Yohanes 2:27)
  • Memberikan kepada kita kuasa untuk menjadi saksi Yesus dalam menyelesaikan Amanat Agung.

Di era Pentakosta Ketiga ini, didalam menyelesaikan Amanat Agung, Tuhan menyediakan pengurapan dan kuasa yang double portion kepada kita. Kita akan melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus pada waktu Dia ada di bumi ini, bahkan hal-hal yang lebih besar dari pada itu.

PERSEMBAHAN PEMBANGUNAN BAIT ALLAH
Daud adalah seorang yang sangat mengasihi Allah. Dia rindu mendirikan bait Allah. Tetapi Tuhan tidak mengijinkan, karena Daud adalah seorang prajurit yang telah banyak menumpahkan darah. Tuhan mengatakan bahwa yang akan mendirikan bait Allah adalah Salomo, anaknya.

Meskipun demikian Daud lah yang mempersiapkan segala sesuatunya untuk membangun bait Allah itu, termasuk emas, perak, tembaga, besi, kayu, batu permata. Lebih dari pada itu, Daud juga membawa persembahan pribadi berupa emas dan perak, untuk pembangunan tersebut. 
Daud juga yang membuat blueprint proyek tersebut. Dia berkata bahwa Tuhanlah yang memberikan ilham kepadanya tentang detail dan pelaksanaan pembangunan tersebut.

Pada waktu Daud menantang bangsa Israel agar mereka juga membawa persembahan untuk pembangunan bait Allah, bangsa itu bersukacita. Mereka memberi dengan rela dan tulus ikhlas. Demikian juga dengan raja Daud, dia sangat bersukacita.
Untuk membangun bait Allah yang adalah tubuh kita ini, syarat yang utama adalah mengasihi Tuhan. Karena kita mengasihi Tuhan, maka kita akan mempersiapkan segala sesuatu untuk membangun tubuh kita sebagai bait Allah, yaitu membangun kerohanian kita. 
Salah satunya dengan memberikan persembahan secara materi kepada Tuhan dan kepada sesama. Memberi kepada Tuhan dan kepada sesama bukan hanya tanggung jawab orang-orang yang berkelimpahan secara materi, tetapi juga orang yang berkekurangan. 
Pada waktu kita memberi, seperti yang terjadi kepada Daud dan bangsa Israel, maka kita akan mengalami sukacita yang berlimpah. Filipi 4:4 berkata,

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

Dalam masa pandemi Covid-19 ini banyak orang yang kehilangan sukacita. Itu memang adalah rencana iblis untuk menghancurkan kita. Tetapi Tuhan memberikan kunci untuk mengembalikan sukacita itu yaitu dengan cara memberi.

MEMBANGUN MEZBAH BAGI TUHAN
Dalam 2 Tawarikh 3:1 tertulis bahwa Salomo mendirikan bait Allah di Yerusalem, tepatnya di Gunung Moria, yaitu di mana Tuhan menampakkan diri kepada Daud di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus. Jadi Daud yang menetapkan lokasi dari bait Allah Salomo itu. 
Bait Allah Salomo merupakan perpaduan dari Tabernakel Musa dan Tabernakel Daud.

  • Tabernakel Musa berbicara tentang hukum Allah, sedangkan
  • Tabernakel Daud berbicara tentang doa, pujian dan penyembahan. (2 Tawarikh 8:12-14)

Sebagai bait Allah, maka kita harus hidup taat kepada firman Allah dan hidup dalam doa, pujian dan penyembahan. Saya teringat kepada Alm. Bpk. Oktavianus pendiri YPPII Batu, Malang. 
Setiap kali saya berkhotbah di kebaktian tahunan dari YPPII di Batu, Malang - beliau selalu berkata : “Di dalam ibadah itu ada 2 unsur. Unsur yang pertama: doa, pujian dan penyembahan. Unsur yang kedua: pemberitaan firman Tuhan. Itu saja... seperti di gerejanya Pak Niko...”

  1. Gunung Moria Adalah Simbol Persembahan
    Tempat itu adalah lokasi di mana Daud disuruh Tuhan membuat mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
    Setelah Daud melakukan itu, maka Tuhan mengabulkan doa Daud untuk negeri itu. Dan tulah penyakit sampar yang mengakibatkan 70.000 orang Israel mati, berhenti menimpa orang Israel. 
    Tuhan minta agar kita mempersembahkan korban kepada Tuhan, terutama di tengah-tengah pandemi ini supaya doa kita dikabulkan Tuhan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena mayoritas gereja-gereja di Indonesia pada saat pandemi COVID-19 justru mempersembahkan korban.

    Bilangan Research Center melakukan sebuah penelitian dan mendapati bahwa sekitar 75% dari gereja yang penerimaan keuangannya menurun sampai dengan 60%, justru yang paling banyak memberi;

    • memberi kepada anggota gereja,
    • memberi kepada masyarakat,
    • memberi kepada gereja lain,
    • melakukan kerjasama dengan pemerintah,
    • dan melakukan pelayanan sosial.

    Survei itu juga menemukan satu fakta yang menarik - bahkan ini bagi saya suatu fenomena, yaitu bahwa gereja dengan jumlah anak muda yang lebih banyak, dalam hal ini anak muda berusia di bawah 21 tahun - terbukti lebih murah hati dan lebih peduli. Wow!

    Kemudian terjadinya kebangkitan gerakan doa antar denominasi yang diikuti sebanyak 83,8 % gereja. Mereka melakukan apa yang dikatakan Alkitab, yaitu bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Untuk bisa unityseperti ini perlu pengorbanan. 
    Saya percaya doa gereja-gereja Tuhan di Indonesia yang mempersembahkan korban seperti itu - yang sekarang berdoa agar pandemi segera berakhir dan tidak terjadi resesi ekonomi - akan dikabulkan oleh Tuhan. Haleluya!

  2. Gunung Moria Adalah Simbol Mengasihi Tuhan
    Suatu ketika Tuhan meminta kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Saya percaya bagi Abraham hal ini pasti sulit untuk dimengerti. 
    Ishak diberikan oleh Tuhan kepada Abraham dan Sara pada masa tuanya, dimana mereka sudah tidak mungkin lagi mempunyai anak. Ishak adalah anak tunggal mereka, sehingga hati Abraham sangat melekat kepada Ishak. Namun tiba-tiba Tuhan meminta kepada Abraham agar Ishak dipersembahkan sebagai korban bakaran.
    Dalam hal ini, Tuhan menguji Abraham; apakah Abraham lebih mengasihi Tuhan dibanding mengasihi Ishak. Ternyata dalam pergumulan yang sangat berat ini, Abraham menang. Abraham lebih mengasihi Tuhan daripada mengasihi Ishak. Supaya menjadi pemenang dalam pergumulan seperti ini, diperlukan pengorbanan.
    Setelah Abraham lulus dalam ujian ini, dia diberkati oleh Tuhan berlimpah…. limpah… limpah…!

    Untuk menerima pengurapan dan kuasa double portion, Tuhan pasti akan menguji kita untuk melihat apakah kasih kita kepada Tuhan melebihi kasih kita kepada yang lainnya termasuk keluarga, uang, harta, kedudukan, harga diri dan lain-lainnya. Kita harus keluar sebagai pemenang dalam ujian ini. 
    Dalam Roma 12:1, kita diminta untuk mempersembahkan tubuh kita ini sebagai korban persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan. Sebab itu adalah ibadah kita yang sejati. Untuk mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup; artinya:

    • tidak mati secara rohani
    • tidak suam-suam kuku
    • kudus, dan
    • berkenan kepada Tuhan:

    perlu pengorbanan. 
    Tidak benar kalau ada orang yang mempunyai pengertian bahwa setelah lahir baru kita bebas melakukan apa saja dengan alasan: pasti Roh Kudus yang menuntun, sehingga Bapa akan tersenyum… Justru kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan. Dan untuk itu perlu pengorbanan.

    TUHAN YESUS AKAN DATANG SEGERA 
    Pada awal tahun 2009, Tuhan berkata kepada saya dari Wahyu 3:11a bahwa:

    “Aku datang segera!”

    Saya sudah sering mendengar kata-kata ini, tetapi pada saat itu ada sesuatu yang lain. Saya gemetar dan saya berkata kepada Tuhan: “Tuhan, apa yang akan Tuhan kerjakan dan apa yang harus kami lakukan?”
    Enam bulan kemudian baru Tuhan menjawab pertanyaan itu:

    “Aku akan mencurahkan Roh-Ku!”

    Pada saat Roh Kudus dicurahkan, akan terjadi seperti yang terdapat dalam Yoel 2:28-32, yaitu terjadinya tiga fenomena:

    • Anak-anak, pemuda dan orangtua akan dipakai Tuhan secara luar biasa.
    • Mujizat akan terjadi secara luar biasa.
    • Goncangan juga akan terjadi secara luar biasa.

    Melalui ketiga tanda ini, nubuatan dalam Yoel 2:32 akan terjadi; yaitu akan banyak orang yang berseru kepada nama Tuhan. Dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Artinya akan terjadi penuaian jiwa besar-besaran.

    Pada tahun 2013, Tuhan berkata tentang pencurahan Roh Kudus ini sebagai Pentakosta yang Ketiga. Ini sesuai dengan nubuatan William Seymour pada tahun 1909; yaitu kira-kira 100 tahun ke depan - yang berarti pada jaman now - akan terjadi pencurahan Roh Kudus yang luar biasa yang melebihi pencurahan Roh Kudus di Azusa Street.
    Sejak saat itu saya terus menerus memperkatakan hal ini .
    Siapa yang mengira bahwa goncangan yang terjadi pada tahun 2020, pada waktu era Pentakosta Ketiga ini; datang dalam wujud pandemi COVID-19?
    Di sini jelas bahwa pandemi COVID-19 ada hubungannya dengan: “Aku datang segera.”
    Pada waktu Tuhan Yesus ditanya oleh murid-murid-Nya: “Apa tanda-tanda kedatangan-Mu dan tanda-tanda kesudahan dunia ini? “ Tuhan Yesus menjawab dalam Matius 24:4-14, yang juga terdapat di dalam Lukas 21:8-19, yang intinya adalah:

    • Goncangan terhadap orang percaya
    • Goncangan terhadap semua orang yang di bumi
    • Pemberitaan Injil meluas ke seluruh bumi.

    Dalam goncangan tadi, salah satunya disebutkan penyakit sampar, yang berarti COVID-19 termasuk di sini. Jadi pandemi Covid-19 ini bagian dari tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua.

    Yang perlu diingat di sini adalah bahwa:

    1. Kita tidak mengatakan bahwa setelah pandemi ini, Tuhan Yesus pasti langsung datang kembali. Dalam hal ini kita tidak pernah tahu.
    2. Kita juga tidak berkata bahwa Tuhan Yesus pasti belum datang setelah pandemi ini, atau masih lama setelah pandemi ini berakhir. Dalam hal ini pun kita juga tidak pernah tahu.

    Yang penting adalah bahwa pandemi COVID-19 ini sebagai warning kepada kita bahwa kedatangan Tuhan Yesus sudah semakin dekat. Dalam kitab Wahyu tersebut Tuhan Yesus berkata:

    • “Aku datang segera,” sebanyak 4 kali.
    • “Waktunya sudah dekat,” sebanyak 2 kali.

    Apalagi hari-hari ini, pasti kedatangan Tuhan Yesus sudah sangat… sangat… dekat.

    Saya percaya orang yang merindukan kedatangan Tuhan, seperti pada jemaat mula-mula yang selalu berkata: “Maranatha” sebagai doa dan sebagai salam, pasti akan lebih serius untuk menyelesaikan Amanat Agung Tuhan Yesus. Sehingga pada saat Dia datang kembali kita akan mendengar suara penghulu malaikat, bunyi sangkakala dan mendengar nama kita dipanggil. Haleluya!

    Nyanyi:

    Kalau bunyi sangkakala, kalau bunyi sangkakala.
    Kalau bunyi sangkakala, kalau namaku dipanggil ku ada

    Siapa yang percaya bahwa pada saat sangkakala berbunyi, nama kita akan dipanggil; bahwa kitalah orang-orang yang akan mendengar panggilan itu... Saudara boleh angkat tangan.
    Mari Saudara yang percaya, nyanyikan lagu ini bersama saya:

    Nyanyi:

    Tak lama lagi kita bertemu Tuhan
    Tak lama lagi kita bertemu Tuhan
    Tak lama lagi kita bertemu Tuhan
    Haleluya Haleluya kita bertemu Tuhan



Khotbah Bpk. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo

Ibadah Minggu Online - 16 Agustus 2020



Kesaksian


Ibu Ratna Damayanti

SAYA SUDAH SEMBUH

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”.
(Mazmur 23:4)

Shalom.
Perkenalkan nama saya Ratna Damayanti dan suami saya David Taylor. Kami tinggal di Denver, Colorado dan berjemaat di BIC Denver. Saya hendak menyaksikan tentang kemurahan Tuhan yang telah berlaku atas hidup saya. Pada bulan Mei 2017 saya menjalani Kolonoskopi (pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat adanya gangguan atau kelainan pada usus besar dan rectum) karena ada ambeien. Namun hasil pemeriksaan ditemukan 2 polip, 1 polip biasa dan 1 pra kanker. Kemudian pada bulan Juni 2017, saya juga melakukan Mammogram (pemeriksaan USG pada payudara). Di Amerika Mammogram biasanya gratis setiap 2 tahun sekali. Saya sudah beberapa tahun tidak melakukan pemeriksaan ini karena saya membaca di internet bahwa radiasi Mammogram dapat menyebabkan kanker.

Selama ini saya merasa baik-baik saja tidak merasakan ada benjolan, tetapi keesokan harinya saya ditelepon, karena dari hasil Mammogram diduga ada kanker di payudara kiri. Saya mulai stress dan ketakutan, mengapa saya Tuhan, apa salah saya?. Saya kemudian diminta untuk menjalani USG dan Biopsi (prosedur mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh untuk membantu tim medis menegakkan diagnosis suatu penyakit). Pada saat USG dokter mengatakan bahwa saya positif kanker payudara stadium 2.

Saat saya kanker, rasanya saya seperti dihukum mati, tidak ada harapan, tidak ada satupun yang bisa menolong saya kecuali Tuhan. Saya hanya bisa menangis di meja biopsi dan berseru kepada Tuhan meminta pertolongan-Nya. Saya tahu kanker adalah penyakit yang mematikan, karena salah satu tante saya meninggal akibat kanker payudara. Rasa takut dan bayangan maut mulai menghantui saya.

Saat itu saya memberitahukan keluarga, teman-teman dekat saya agar mereka mendoakan saya. Saya berjanji kepada Tuhan, jika saya hidup/sembuh, saya akan menyaksikan kemurahan Tuhan atas hidup saya. Saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saya sendirian.

Sehari setelah divonis kanker, di Denver ada KKR oleh Ps. Joel Osteen. Saat itu ada kesaksian Ibu Joel Osteen yang menderita kanker stadium 4 dan dokter sudah angkat tangan, namun beliau masih hidup sampai sekarang di usia 80 tahun lebih. Pada hari Minggu, bapak gembala saya di BIC Denver, Pdt. Salmon Nanlohy mendoakan saya dan berkata bahwa penyakit ini tidak membawa kematian, namun saya akan naik ke level yang lebih tinggi.

Tipe kanker saya adalah triple positif, yaitu tipe yang ganas. Dokter mengatakan sekitar 20 tahun yang lalu ini adalah tipe “Death Penalty”, tetapi sejak ditemukan Herceptin (obat kanker payudara) tingkat kematiannya sudah agak menurun.

Sebelum saya menjalani kemoterapi, beberapa teman pelayanan dari BIC Denver tanpa saya minta mereka membantu membersihkan rumah saya untuk persiapan kemoterapi. Saya akan menjalani kemoterapi sebanyak 6 kali dengan selang waktu 3 minggu. Setiap kali dengan 2 macam obat kemoterapi dan 2 macam antibody. Saat kemoterapi teman-teman BIC Denver datang mendoakan saya. Saya juga mendapat kiriman makanan dari teman-teman sepelayanan yang begitu baik menolong saya saat di dalam lembah kekelaman.

Efek kemoterapi ini begitu luar biasa, merontokkan seluruh badan dan sayapun mengalami diare parah selama 2 hari, minum Imodium juga tidak mempan. Tulang belakang saya seperti ditarik-tarik. Kemudian saya pergi ke ER (Emergency Room). Dokter memeriksa untuk memastikan apakah ada bakteri, dan ternyata tidak ada. Setelah diberi infus Saline, diare saya membaik. Di situ saya menangis, saya katakan kalau saya tidak kuat menjalani kemo ini, berat badan saya juga turun drastis.

Pada saat itu Pdt. Paul Wijaya, Ibu Catherine dan Pdt. Handy datang untuk pelayanan di BIC Denver. Oleh Pdt. Salmon dan Ibu Lanny Nanlohy, mereka langsung diantar dari airport ke University Colorado Hospital untuk mendoakan saya. Ibu Catherine membagikan kesaksian di mana beliau juga sembuh dari kanker servix stadium 4. Kesaksian yang luar biasa itu membangkitkan iman saya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan,

Mami saya juga mengirimkan antioksidan dari Jepang yang membantu mengurangi efek negatif kemo di badan saya, sehingga saya kuat melanjutkan kemoterapi. Dua minggu setelah kemo pertama rambut saya rontok, kemudian saya memutuskan untuk menggunduli rambut saya. Saya merasa berada di titik yang paling rendah dalam hidup saya. Tetapi saya perkatakan Mazmur 23:4,

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku.”

Selang 3 minggu kemudian saya menjalani kemo ke-2. Efek yang saya alami bukan diare, melainkan detak jantung saya tinggi jauh di atas normal dan saya pun kembali masuk ke ER untuk kedua kalinya. Puji Tuhan setelah diinfus detak jantung saya turun. Saya bersyukur di saat-saat seperti ini selain keluarga, ibu gembala saya Ibu Lanny sering mendoakan saya lewat WA (Whatsapp) juga beberapa sahabat yang di Denver dan juga yang di Indonesia turut mendukung saya dalam doa. Ibu Lanny selalu berkata, bersyukurlah dalam segala keadaan. Bersyukur di saat senang memang mudah, tetapi bersyukur di saat kesusahan itu berat sekali rasanya. Hanya Tuhan yang memampukan saya untuk dapat bersyukur.

Puji Tuhan, pada saat saya harus menjalani kemo, Tuhan juga memakai atasan saya sehingga beliau membolehkan saya bekerja dari rumah, dan sebagian pekerjaan saya dialihkan ke supervisor saya. Saya jadi punya banyak waktu untuk berdoa, membaca Firman, mendengarkan Firman Tuhan lewat Youtube, dan mendengarkan lagu-lagu pujian dan penyembahan. Saya membaca, mencatat dan memperkatakan Firman Tuhan tentang kesembuhan:

  • “Oleh bilur-bilurNya aku telah sembuh.” (Yer 17:14)
  • “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Mark 5:28) dll.

Saya yakin penyakit bukan datang dari Tuhan dan Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan saya.

Karena saya sudah ke ER 2 kali berturut-turut maka dokter memutuskan memberikan infus saline sehari setelah kemoterapi, sehingga kemoterapi yang ke 3 dapat saya lalui dengan efek minimum. Pada kemoterapi ke 4, 5 dan 6, lidah saya makin lama merasakan pahit dan makanan berasa seperti metalik. Sehingga makanan enak menjadi tidak enak, dan makin sulit untuk makan. Hanya makanan manis yang tidak berubah rasanya. Saat rasa pahit berkurang, saya usahakan untuk makan sebanyak-banyaknya supaya tubuh saya menjadi kuat dan berat badan tidak turun. Saya baru tahu bahwa bisa makan dan merasakan enaknya makan adalah anugerah Tuhan.

Setelah kemoterapi ke 6 saya menjalani MRI dan menurut dokter bedah, benjolan sudah mengecil. Pada bulan Januari 2018 saya menjalani operasi. Sebelum menjalani operasi Pdt. Salmon dan Ibu datang untuk mendoakan saya. Puji Tuhan operasi berjalan lancar dan dalam 23 jam saya sudah boleh pulang ke rumah. Saat MRI tidak terlihat kanker di getah bening, namun waktu operasi dokter tetap mengambil beberapa sample getah bening untuk diperiksa.

Keesokan harinya dokter bedah menelpon saya memberitahukan bahwa hasil Patologi sudah tidak ditemukan lagi sel kanker. Puji Tuhan! Saya sudah dinyatakan sembuh. Saat mendengar kabar sukacita ini, hati saya senang sekali karena saya tahu Tuhan sudah memberikan perpanjangan umur kepada saya.

Saya tidak henti-hentinya menaikkan rasa syukur kepada Tuhan untuk kesembuhan saya, juga berterima kasih kepada suami saya yang setia mendampingi, menemani di saat saya harus menjalani kemoterapi dan operasi. Juga bersyukur karena Tuhan pertemukan saya dengan Pdt. Paul dan Ibu Catherine dan Pdt. Handy untuk mendoakan saya.. Juga kepada keluarga besar saya di Indonesia, sahabat-sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, juga bapak gembala saya Pdt. Salmon dan Ibu Lanny Nanlohy yang memberikan dukungan penuh. Tanpa dukungan doa dari teman-teman dan keluarga, saya tidak akan sanggup melewati badai ini. Biarlah Tuhan yang akan membalas kebaikan mereka semua.

Walaupun saya sembuh bukan dengan instant healing, melainkan melalui proses yang berat, namun tetapi Tuhan selalu bekerja di setiap proses yang ada, di mana setiap hari saya menerima anugrah dan kemurahan Tuhan. Sampai dengan hari ini saya boleh ada; itu semua karena Tuhan Yesus yang telah berbuat baik dalam kehidupan saya. Terima kasih Tuhan Yesus, saya sudah disembuhkan. Semoga kesaksian saya dapat menjadi berkat buat saudara-saudara seiman. Bagi saudara seiman yang masih berjuang melawan kanker, jangan takut, tetap semangat dan tetap percaya Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan, Amin.





Komentar